by

Siswa dan Guru Garis Depan Butuh Perhatian Serius Pemda, Mereka Bertaruh Nyawa di Pelosok Rawas Ulu Muratara

MURATARA, RAKYATPALI.CO – Jauh dari hiruk pikuk perkotaan yang serba lengkap fasilitasnya, para pelajar di pelosok Kabupaten Muratara justru bertaruh nyawa untuk bisa pergi dan pulang sekolah.

Begitu pula perjuangan para guru di sana. Miris sekali.

Perjuangan pelajar dan guru daerah terpencil setidaknya masih bisa ditemui di wilayah Kelurahan Muara Kulam, Kecamatan Rawas Ulu, Kabupaten Muratara, Sumsel.

Setidaknya ada tiga SD Negeri lokal jaub di wilayah itu.

Satu di Karang Pinggan, lalu di Senawar dan Sungai Cinau.

Tiga sekolah ini merupakan lokal jauh yang diperuntukan bagi pelajar yang tinggal di rompok (perkampungan kecil), wilayah pedalaman Muratara.

Keberadaan daerah ini nyaris tidak tersentuh pesatnya roda pembangunan.

Salah satu perjuangan untuk ke sekolah dan pulang sekolah, harus melalui sungai.

Tiap pagi, keluarga para pelajar mengantar anak-anaknya ke sekolah.

Bisa naik rakit bambu atau digendong.

Supaya seragam dan tas berisi buku mereka tidak basah.

“Tidak ada akses lain, cuma lewat sungai,” kata Vera, warga Ulu Rawas, Rabu 15 Februari 2023.

Para pelajar harus menyeberangi sungai karena tidak ada jembatan sama sekali.

Guru yang mau mengajar juga kesulitan.

Mereka tidak tinggal di rompok bersama rakyat kecil yang menggantungkan hidup sebagai penyadap karet.

Tiap rompok ada puluhan kepala keluarga (KK).

Para guru pulang pergi dari Batu Tulis ke Karang Pinggan.

“Butuh waktu sekitar 3 jam perjalanan sungai dari ibu kota Ulu Rawas ke sekolah,” ungkap dia.

Itu pun naik getek atau perahu tempel dengan mesin 12 PK.

Karena itu, Vera dan masyarakat di sana berharap ada perhatian khusus dari pemerintah terhadap kelangsungan pendidikan di wilayah itu.

“Kasihan dengan para guru. Tapi mau bagaimana lagi, akses ke sini memang tidak ada kecuali lewat sungai,” bebernya

Abdul, warga Muara Kulam, yang lahir di rompok Senawar mengungkapkan, rompok-rompok di tiga wilayah itu jauh dari permukiman warga.

Saat harga getah karet stabil, banyak penduduk yang tinggal di rompok. Satu rompok bisa 100-200 KK.

Karena itu, ada sekolah lokal jauh.

“Sekolah induk terlampau jauh untuk dicapai warga warga,” katanya.

Saat ini, sudah banyak rompok yang ditinggalkan penghuninya seiring terus merosotnya harga getah karet.

Tapi sebagian memilih bertahan dengan beragam keterbatasan di tiga rompok tersebut.

Ditambahkan Sukari, warga Ulu Rawas, anak-anak dari rompok tidak mudah untuk mencapai sekolah.

Karena lewat sungai, makanya didampingi para orang tua mereka.

“Yang jadi masalah, guru mereka. Jauh bolak balik dari Batu Tulis ke sekolah,” imbuh dia.

Diakuinya, warga yang bertahan di rompok merupakan rakyat jelata yang menggantungkan hidup dari menyadap karet.

Mereka lalu membentuk komunitas, dengan jumlah puluhan hingga ratusan KK.

“Semoga saja pemerintah bisa lebih perhatian,” harapnya.

Seorang guru garis depan (GGD), Koko, sudah bertahun-tahun mengabdi di wilayah pelosok Muratara.

Diungkapnya, masih banyak sekolah pedalaman yang minim perhatian pemerintah.

Mayoritas berada di ulu aliran sungai.

Dia mengaku, bersama GGD lain dan komunitasnya sudah beberapa kali memberikan kontribusi ke beberapa sekolah lokal jauh di Muratara.

Seperti SD Napal Maling, SD lokal jauh Minak, sekolah lokal jauh Rompok Danau, sekolah lokal jauh Sungai Cinau, Senawar dan lainnya.

“Kita sempat membangun beberapa jembatan gantung, membuat fasilitas MCK dan dan lainnya,” beber dia.

Seperti di lokal jauh Muara Kulam, dia dan komunitasnya membuat jembatan penyeberangan.

“Rencananya, ke depan kami akan buat jembatan gantung untuk anak-anak di sekolah lokal jauh Karang Pinggan,” tambah Koko.

Jembatan penyeberangan sangat diperlukan. Sebab, saat hujan turun, air sungai biasanya naik. Arusnya juga deras.

Sebagai guru, dia kagum dengan semangat menuntut ilmu anak-anak di pedalaman itu.

“Miris tapi mereka kurang diperhatikan. Minim fasilitas. Dari tahun ke tahun, seperti ini. Bertaruh nyawa saat pergi dan pulang sekolah,” tandas dia. (zul)

Comment

Berita Lain-nya