by

Sepakbola Bukan Politik, Tapi Ada Harga Diri Daerah

PALEMBANG – Sepak bola memang bukan ranah politik. Tapi di sepak bola ada harga diri sebuah daerah. Apalagi bagi masyarakat Sumsel, yang memiliki klub Sriwijaya FC (SFC).

Bagi mereka, klub berjuluk Laskar Wong Kito yang memiliki segudang prestasi itu adalah segalanya. Ini karena kebanggaan dan harga diri disematkan dalam klub berlogokan jembatan ampera dan burung elang tersebut.

Makanya tidak sedikit pendukung fanatik peraih double winner 2007/2008 itu sampai mengorbankan harta bahkan nyawa untuk membela dan mendukung kehormatan Sriwijaya FC.

Karena itu, Ketum Ultras Palembang Qusoy sangat berharap Gubernur Sumsel Herman Deru yang juga pembina Sriwijaya FC mau menunjukkan totalitas menjadi garda terdepan dalam mendukung perjuangan tim.

“Gubernur Sumsel juga tidak full power support. Walau manajer bisa cari sponsor, fakta Kaesang Pangarep (Walikota Solo) langsung nonton ke stadion, bukti cintanya dengan Persis. Juga Kaesang sebagai walikota melepas 100 suporter Pasoepati ke Bogor. Padahal juga ini bakal  jadi legacy bagi Gubernur Herman Deru kalau Sriwijaya FC tidak masuk Liga 1 sampai akhir jabatan. Publik Sumsel bisa menilai mana Gubernur-Gubernur Sumsel yang support total Sriwijaya FC seperti Syahrial Oesman dan Alex Noerdin. Ini memang bukan urusan politik, tapi urusan harga diri Sumsel,” tegas Qusoy.

Qusoy menegaskan bahwa para suporter sudah all out memberikan dukungan kepada perjuangan Sriwijaya FC. Bahkan mereka harus bermalam di stadion tidak masalah.

Kebahagiaan mereka adalah bisa menonton dan memberikan dukungan langsung kepada tim kebanggaan. Menang dan promosi adalah sebagai bonus dari perjuangan.

“Kami puas (dengan capaian klub) karena musim ini tanpa pemain bintang, kita bisa juara grup A, awali 8 besar kita menang melawan Persiba.

Petaka dimulai laga melawan Persis yang mulai rada janggal & wasit yang berpihak ke lawan dengan fakta gol penalti misterius bahkan Beto sampai 2 kali,” jelasnya.

Karena itu, Qusoy berharap Coach Nilmaizar tetap dipakai jasanya untuk menakhodai Sriwijaya FC musim depan. Demikian juga dengan tim yang ada saat ini. Tapi juga harus jeli dalam menambah kelemahan. Jangan asal.

“Tambah amunisi pemain super bintang, seperti striker predator. Jangan tanggung. Ini beli tiga pemain biasa di transfer Window kedua. Coba beli 1 asal bermutu,” ingatnya.

“Ini karena kami meminta jangan lama-lama di Liga 2. Malu status tim besar dengan segudang prestasi, tapi terpuruk,” tambahnya.

Namun, Qusoy menceritakan bahwa pengalaman mendukung Sriwijaya FC di Babak Delapan Besar Liga 2 2021 kemarin menyisakan cerita pahit.

“Kita, suporter Sriwijaya FC pun tak ada harga di  Bogor. Tidak ada perhatian dari manajemen ataupun pemain bagi suporter yang bermalam di stadion. Nemuin saja tidak. Termasuk presiden club yang selama ini selalu kontak kita,” tukas Qusoy.(kmd)

Comment

Berita Lain-nya