by

Peredaran Upal Resahkan Pedagang Pasar di Lubuklinggau

LUBUKLINGGAU – Peredaran uang palsu (Upal) meresahkan, pedagang di Pasar Mutiara Rapi, Kelurahan Batu Urip, Kecamatan Lubuklinggau Utara II, Kota Lubuklinggau.

Bahkan pengakuan padagang di pasar tersebut, sudah sering terjadi, sekitar tiga pedagang jadi korban peredaran uang palsu tersebut.

Salah satu korbannya, Moris. Dia mengaku kejadiannya Kamis (13/1), pagi. Saat dirinya dan istrinya berjualan, ada seorang pria datang ke lapak jualannya.

Si pelaku lalu belanja telur satu karpet, dan beras satu kilogram. Dan menyodorkan uang palsu pecahan 100 ribu.

“Istri saya sudah curiga itu uang palsu, sehingga menanyakan ke pembeli tersebut, ada uang lain tidak. Namun si pelaku ini tadi malah ngegas (marah-marah), mengatakan kenapa duit aku tidak laku. Karena istri saya ini takut, uang itu tetap diterima,” cerita Moris, saat dijumpai di lapak jualannya di Pasar Mutiara Rapi, Jumat (14/1).

Lanjutnya, setelah dicek secara seksama memang jauh berbeda dengan uang asli. Selain warnanya lebih cerah dan luntur, juga kertasnya berbeda dengan uang asli. “Secara kasat mata sudah ada bedanya, dan ketahuan itu uang palsu,” katanya.

Moris mengaku, baru pertama kali kejadian peredaran uang palsu di warungnya. Namun selang beberapa hari sebelumnya pernah juga terjadi di warung sebelahnya dan warung model yang juga berjualan di sekitar pasar.

“Ciri-ciri pelaku yang belanja menggunakan uang palsu itu, dari logat bahasanya seperti bahasa Medan, badan tinggi kurus, pakaian biasa rapi,” bebernya.

Dia berharap, pelaku yang sepertinya sengaja mengedarkan uang palsu itu cepat terungkap. Karena meresahkan para pedagang. “Sudah jualan sepi, untuk dikit, rugi pula karena uang palsu,” cetusnya.

Pedagang lainnya, Mak Hasef, juga pernah tertipu oleh uang palsu. Dia mengaku kejadiannya beberapa hari lalu. Dengan ciri-ciri yang sama disebutkan Moris, pria itu belanja beberapa item barang di warungnya.

“Jadi dia belanja kecil-kecil. Saya lupa belanjanya apa. Totalnya belanjanya Rp 50 ribu. Kemudian kami berikan kembalian Rp 50 ribu,” katanya.

Dia mengaku, ketahuan setelah di rumah. Ada uang pecahan 100 ribu, berbeda dengan yang lain.

“Ketika deremas uang itu lipatannya tidak kembali. Katanya kalau uang asli itu setelah diremas bisa kembali seperti semula,” katanya.

Karena itu, uang tersebut dia buang, karena sudah ditanyakan dengan tetangga sekitar kalau uang itu palsu dan tidak laku.

“Karena sudah kesal tadi, ya uang palsu saya buang. Ternyata uang palsu yang dibuang tersebut luntur, setelah terkena air,” pungkasnya. (cj17)

Comment

Berita Lain-nya