by

Tsamara Alatas Korban Rasis, Minta Tolong Kepada Polisi

JAKARTA – Tsamara Amany Alatas yang merupakan mantan politikus Partai Solidaritas Indonesia menjadi korban rasis di media sosial. Dia dicap kadrun, sebuah tuduhan yang dianggap punya pikiran sempit.

Kadrun sendiri berkepanjangan dari kadal gurun ditujukan kepada orang-orang yang pemikirannya dianggap dipengaruhi oleh gerakan ekstremisme dan fundamentalisme dari Timur Tengah, untuk menstigma pihak yang dicap radikal.

Tsamara Alatas lantas meminta tolong kepada polisi untuk mengusutnya.

Tsamara meminta tolong dengan me-mention akun @DivHumas_Polri di Twitter.

Kabagpenum Divhumas Polri Kombes Gatot Repli Handoko mengatakan pihaknya akan mendalami permintaan dari Tsamara itu.

“Yang pasti bakal dicek diperdalam,” ujar dia ketika dikonfirmasi wartawan, Jumat (22/4).

Namun, mantan Kabid Humas Polda Jawa Timur ini belum dapat memaparkan secara detail terkait kasus tersebut.

“Nanti kalau ada info lanjut saya kasih tahu,” ujar perwira menengah Polri itu. Dilihat dari akun pribadi Tsamara di Twitter, dia tak terima ketika sebuah akun di Instagram menyebut dia sebagai kadrun.

Tsamara pun mencuit di Twitter sebuah tangkapan layar berisi komentar yang menyebutnya sebagai kadrun. Dalam cuitannya, Tsamara juga me-mention akun Divisi Humas Polri.

“Halo, tolong @DivHumas_Polri. Ini keterlaluan. Bukan nasionalisme. Jelas fasisme,” cuit Tsamara.

Sementara itu dilaman Kominfo, Sejarawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Asvi Warman Adam menjelaskan istilah Kadrun, baru muncul setelah Pilkada DKI 2012 hingga Pilpres 2019, setelah munculnya istilah kampret dan cebong. Istilah kadrun belum ada saat era PKI masih ada.

Menurut Asvi, istilah-istilah seperti kadrun, cebong, dan kampret, itu bersifat memecah belah. Ini tidak sehat. “Istilah-istilah tersebut yang memecah belah, mengelompokkan kawan dan lawan yang berkelanjutan”. (cuy/jpnn)

Comment

Berita Lain-nya