by

Jembatan Pelangi Pernah Diledakkan Pejuang Muratara Agar Belanda Tak Masuk Rupit

MURATARA – Jembatan Pelangi di kelurahan Muara Rupit, Kecamatan Rupit, Kabupaten Muratara, merupakan salah satu ikon daerah di Kabupaten Muratara.

Tidak hanya sebagai penghubung, jembatan ini menyimpan sejarah emosional perjuangan masyarakat Muratara menghadapi agresi militer Belanda di era jelang kemerdekaan.

Saat ini jembatan Pelangi masih tetap berdiri kokoh dan eksis dan digunakan masyarakat sebagai penghubung Kelurahan Muara Rupit dan pasar Lawang Agung.

Yusnadi warga Kelurahan Muara Rupit,  Senin (16/8) menuturkan wilayah Kabupaten Muratara, awalnya merupakan bagian wilayah Afdeling Palembangsche Bovenlanden, sejak kesultanan Palembang Darusalam jatuh ke tangan Belanda pada 1825. Kelurahan Muara Rupit, sempat menjadi ibu kota Kawedanan Rupit-Rawas.

Menurutnya, seringkali orang tua dulu menceritakan di era perjuangan sering kali ada tentara Belanda melakukan sweeping melalui jalur lintas lama yang terkoneksi ke jembatan Pelangi itu.

Selain jembatan lama, masih ada sebagian peninggalan Belanda di sekitar lokasi seperti Tugu Besi Belanda, Tugu Keresidenan, dan akses lintas lama.

“Jembatan lama itu pernah diledakkan oleh pejuang kita, supaya orang Belanda yang mau melakukan sweeping tidak bisa masuk ke Rupit. Waktu zaman perang, pejuang kita melakukan perlawanan sembunyi-sembunyi, hambis nembak Belanda langsung lari ke hutan,” ceritanya.

Dia juga mengungkapkan, masih banyak lokasi bersejarah di era Kemerdekaan di wilayah Muratara yang masih terpendam. Bahkan sebagian warga masih menyimpan sisanya di rumah.

“Sisa warisan Belanda di Muratara selain jalan dan jembatan, juga ada warga yang menyimpan lemari besi brangkas lambang Ratu Belanda, ada sisa bangkai kapal Belanda di Beringin Makmur Rawas Ilir,” ujarnya.

Saat era perjuangan, wilayah Kecamatan Rupit menjadi salah satu wilayah perlintasan Belanda yang cukup penting, karena aksesnya menghubungkan antar daerah seperti Padang dan Jambi.

Warga berharap, jembatan lama yang menjadi ikon Kabupaten Muratara ini terus dirawat karena menjadi saksi sejarah di era kemerdekaan RI.

“Kondisi jembatan Pelangi masih bisa digunakan warga, kami harap jembatan itu bisa dipercantik lagi dan dirawat karena ini adalah bagian sejarah dari perjuangan warga Muratara,” timpalnya.

Sementara itu, ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Muratara, Hj Rita Suryani mengungkapkan, pihaknya akan terus mendorong pemerintah daerah dalam melakukan beragam pembenahan, baik tata ruang, pengembangan fasilitas publik, maupun perawatan ikon masyarakat di Muratara.

“Jembatan Pelangi merupakan ikon warga Muratara dan itu harus dilestarikan, kami usulkan selain dipercantik jembatan Pelangi, harus didukung akses penunjang lainnya seperti ruang terbuka untuk publik,” harapnya.

Dengan begitu, otomatis akan ada beragam konektivitas baik ikon daerah, wisata maupun pertumbuhan ekonomi lokal.”Karena jembatan itu ada di wilayah ibu kota, jadi harus dibuat secantik mungkin selain ikon tentunya bisa menjadi salah satu rest area dan wisata terbuka di Muratara,” tutupnya.

Sekertaris Camat Rupit Adi mengungkapkan, pihaknya akan memasukan usulan tersebut dalam Agenda Musyawarah Desa di tingkat kecamatan.

Dia setuju, memang harus ada pelestarian cagar budaya, “Terlebih lagi dengan sentuhan pembangunan itu, bisa multifungsi. Pelestarian kita lakukan, wisata terbuka dapat ekonomi lokal berjalan,” tutupnya. (cj13)

Comment

Berita Lain-nya